Saturday, 15 April 2017

TRANSLASI MATA UANG ASING

Suatu  mata  uang  asing  dapat  berdeniominasi  dalam  satu  mata  uang,  tetapi  diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Mata  uang  fungsional  sebuah  perusahaan  diartikan  sebagai  mata uang  lingkungan ekonomi yang utama di mana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas.

  • Perspektif Transaksi Tunggal

  
Berdasarkan perspektif tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diseleaikan  maupun  yg belum  diselesaikan)  diperlakukan  sebagai  penyesuaian  terhadap  akun akun   transaksi   yang   awal   berdasarkan   premis   bahwa   suatu   transaksi   dan   penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa tunggal.

  • Perspektif Dua Transaksi

               
Berdasarkan   perspektif   dua   transaksi,   penagihan   piutang   dalam   krona    dianggap  sebagai peristiwa  terpisah  dari  penjualan  yang  menyebabkan  timbulnya   piutang    tersebut. Dengan    maksud    mencapai    keseragaman,    FASB    No.    52     mengharuskan  penggunaan  metode  dua  transaksi  untuk  mencatat  transaksi  dalam  mata  uang  asing.  Keuntungan  dan  kerugian  dari  transaksi  yang  sudah  selesai  dan   belum   diselesaikan   dimasukkan   dalam   penentuan   laba.   Pengecualain   utama   terhadap  ketentuan  ini  terjadi  apabila  (1)  penyesuaian  nilai  tukar  berkaitan  dengan  transaksi  antar  perusahaan  jangka  panjang  tertentu  dan  (2)  transaksi  tersebut  dimaksudkan  dan  berfungsi  efektif  sebagai  lindung  nilai  atas  investasi  (yaitu  lindung nilai  terhadap  posisi  aktiva/kewajban  bersih  operasi  luar  negeri)  dan  komitmen  mata   uang asing.

Metode  translasi  dapat  diklasifikasikan  menjadi  dua  jenis:  metode  yang  menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing  ke  dalam  nilai  ekuivalen  dalam  mata  uang  domestik  dan  metode  yang  menggunakan berbagai macam kurs.

  • Metode Kurs Berganda

Metode  ini  menggabungkan  kurs  nilai  tukar  historis  dan  kurs  nlai  tukar  kini dalam proses translasi.

  • Metode Kini – Nonkini

Dalam  metode  ini,  aktiva  dan  kewajiban  lancar  anak  perusahaan  luar  negeri  ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini.  Aktiva  dan  kewajiban  tidak  lancar  ditranslasikan  berdasarkan  kurs  historis.Pos-pos  laporan  laba  rugi  (kecuali  beban  depresiasi  dan  amortisasi)  ditranslasikan  sebesar  kurs  rata-rata  yang  berlaku  dalam  setipa  bulan  operasi  atau  berdasarkan  rata-rata  tertimbang  selama  keseluruhan  periode  pelaporan.  Beban  depresiasi  dan  amortisasi  ditranslasikan  sebesar  kurs  historis  yang  tercatat  saat  aktiva  tersebut  diperoleh.

  • Metode Moneter – Nonmoneter

 
 Metode  ini  juga  menggunakan  skema  klasifikasi  neraca  untuk  menentukan  kurs  translasi  yang  tepat.  Aktiva  dan  kewajiban  moneter  ditranslasikan  berdasarkan  kurs kini.Pos-pos nonmoneter aktiva tetap, investasi jangka panjang dan persediaan nvestor   ditranslasikan   menggunakan   kurs   historis.   Pos-pos   laporan   laba   rugi   ditranslasikan  dengan  menggunakan  prosedur  yang  sama  dengan  yang  dijelaskan  untuk konsep kini-nonkini. Dalam  metode  ini  melihat  bahwa  aktiva  dan  kewajiban  menghadapi  risiko  mata  uang  asing karena  pos-pos  moneter  akan  diselesaikan  dengan  menggunakan  uang tunai, penggunaan kurs kini untuk mentraslasikan pos-pos ini menghasilkan nilai ekuivalen  dalam  mata  uang  domestik  yang  mencerminkan  nilai  realisasinya  atau  penyelesaiannya.  Metode  ini  juga  bergantung  pada  klasifikasi  skema  neraca  untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat.

  • Metode Temporal

     Dengan metode ini, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran ataupenyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yangdiukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Pos-pos moneter seprti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan, dengan pendekatan hibrid yang terletak diantara keduanya.

  • Penangguhan

    Perubahan  nilai  ekuivalen  mata  uang  domestik  dari  aktiva  bersih  anak  perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing. Beberapa pihak berpendapat bahwa penangguhan keuntungan atau kerugian translasi   menutupi   perilaku   perubahan   kurs   nilai   tukar;   yaitu   perubahan   kurs   merupakan fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh  fluktuasi  kurs  nilai  tukar  diperhitungkan  pada  periode  saat  terjadinya. Sesuai  dengan  FAS  No.  8  (par.  199),  “Kurs  Nilai  tukar  berfluktuasi;  akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil.”

  • Penangguhan dan Amortisasi


     Pendekatan  ini  dapat  dikritik  menurut  dasar  teori  dan  praktik.  Sebagi  contoh, teori  keuangan  menyatakan  bahwa  keputusan  anggaran  modal  atas  investasi  aktiva tetap  merupakan  hal  terpisah  dari  keputusan  mengenai  bagaimana  mendanainya. Menghubungkan  kedua  jenis  keputusan  tersebut  lebuh  terlihat  sebagai  alat  untuk melakukan  perataan  laba.  Menyesuaikan  beban  bunga  dapat  dicurai  pula.  Biaya peminjaman domestik tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku bungan pasar atau nilai wajar utang.

  • Penangguhan Parsial

 Pendekatan ini tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan  translasi  direalisasi.  Juga,  sejumlah  pihak  mendukung  penangguhan  keuntungan  translasi  juga  tidak  dapat  menentukan  berapa  banyak  yang  harus  ditangguhkan.  Pada  masa  lau,  perusahaan  mengurangkan  keuntungan  periode berjalan  dengan  kerugian  pada  masa  lalu  dan  menangguhkan  selisihnya.  Hal  ini menunjukkan bahwa keuntungan dan kerugian translasi bukanlah pos-pos dalam satu periode   saja,   dan   sebaliknya   akan   “terhapuskan”   dalam   jangka   panjang.   Jika demikian, maka penangguhan akan menjadi suatu praktik yang dipertanyakan.


SUMBER :