Sunday, 11 October 2015

PENALARAN BERSIFAT ILMIAH

A. PENALARAN

Sesuai dengan kodratnya, manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu dalam diri manusia akan selalu memunculkan berbagai macam pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin tahu tersebut akan terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru atau mampu memecahkan masalah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sendiri.

Biasanya manusia selalu berpikir jika berhadapan dengan banyak permasalahan. Akan tetapi, tidak semua masalah membuat kita terdorong untuk memikirkannya secara sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir tentang sesuatu secara sunguh-sungguh dan logis inilah yang disebut Penalaran.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

B. PENALARAN ILMIAH

Menurut Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:

  • Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesfik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
  • Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya.
  • Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk kalimat.
  • Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
  • Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
  • Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
  • Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
  • Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
  • Analisis (penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
  • Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
  • Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
  • Kesimpulan yaitu hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.


C. GAGASAN BERSIFAT ILMIAH

Gagasan ilmiah merupakan satu gambaran ide kreatif, yang disajikan dalam bentuk operasional dan ilmiah, yang mengandung unsur penemu-kenalan masalah ilmiah, upaya pensolusian masalah, dan upaya transfer gagasan kepada masyrakat sasaran. (Sadra, 2005) Secara etimologis, gagasan memiliki pengertian sebagai hasil pemikiran atau ide. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan serta memenuhi syarat ilmu pengetahuan.

Berikut ini adalah salah satu contoh gagasan ilmiah :

Fenomena Anak Autistik di Indonesia dan Pemahaman Orangtua

Orangtua anak-anak penderita autistik berbeda-beda, ada orangtua yang kurang memperhatikan kebutuhan anaknya secara mendetail, adapula orangtua yang memenuhi kebutuhan anaknya seperti makanan yang harus benar-benar dijaga, pola pengasuhan yang diterapkan , termasuk kebutuhan untuk terapi. Selain faktor perhatian, faktor ekonomi juga sangat berpengaruh. Terapi untuk anak autistik seperti terapi lumba-lumba atau terapi wicara tidaklah murah. Kesenjangan ekonomi di Indonesia membuat orangtua anak-anak penderita autistik tidak melanjutkan terapi yang dilakukan. Namun, ada pula orangtua yang sangat memperhatikan anaknya, hingga melakukan terapi ke luar negeri. Hal inilah yang menjadi sorotan kami. Penanggulangan anak autistik juga bisa dilakukan di negeri sendiri salah satunya dengan terapi makanan.

D. PERBEDAAN CARA BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF

  • Berpikir Deduktif


Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

  • Berpikir Induktif


Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.

Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.


E. PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH

Bahwa yang dimaksud karya ilmiah adalah suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah. Sedangkan, karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).


Ciri- ciri karangan ilmiah :

  1. Objektif.
  2. Netral.
  3. Sistematis.
  4. Logis.
  5. Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
  6. Tidak Pleonastis
  7. Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.

Ciri-ciri karangan non ilmiah :

  1. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
  2. fakta yang disimpulkan subyektif,
  3. gaya bahasa konotatif dan populer,
  4. tidak memuat hipotesis,
  5. penyajian dibarengi dengan sejarah,
  6. bersifat imajinatif,
  7. situasi didramatisir,
  8. bersifat persuasif.
  9. tanpa dukungan bukti


SUMBER :
 http://febrianiega.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-penalaran-deduksi-dan-induksi_28.html
http://dwikartikasari-18211665.blogspot.co.id/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.html
https://hasanaguero.wordpress.com/2012/05/14/berpikir-induktif-dan-deduktif/
http://baddaysp.blogspot.co.id/2013/04/perbedaan-karangan-ilmiah-dan-non-ilmiah.html

No comments:

Post a Comment